
KENDARI- TEGAS.CO. SENIN, 1 DES, 2025. Oleh: Riski Apriabi, Mahasiswa Jurnalistik Universitas Halu Oleo (UHO) (Asal Buton Tengah)
Beberapa waktu belakangan, perhatian publik dan media sering kali terfokus pada masalah stunting dan wasting yang menimpa balita dan anak-anak. Tentu, hal ini sangat krusial. Namun, sebagai seorang mahasiswa jurnalistik yang juga mengamati kondisi kesehatan di sekitar, saya melihat adanya fenomena yang tak kalah mengkhawatirkan: peningkatan kasus wasting (kurus kering) pada kelompok usia remaja, yakni 12 hingga 24 tahun.
Selama ini, wasting sering dikaitkan erat dengan kondisi balita yang mengalami penurunan berat badan drastis, yang umumnya dipicu oleh kurang gizi akut dan penyakit infeksi. Namun, apa yang terjadi jika masalah gizi akut ini mulai merambah remaja, kelompok usia yang seharusnya berada dalam puncak perkembangan fisik dan kognitif?
Dulu, fokus pencegahan sering berhenti di usia lima tahun. Kini, data dan pengamatan di lapangan mulai menunjukkan bahwa remaja, termasuk di daerah asal saya, Buton Tengah, juga rentan.
Wasting pada remaja bukanlah sekadar masalah estetika atau penampilan kurus. Ini adalah indikator malnutrisi akut yang bisa berdampak jangka panjang dan serius.
Kekhawatiran saya ini adalah cerminan dari tanggung jawab moral seorang mahasiswa yang peduli terhadap masa depan bangsanya. Remaja adalah tulang punggung Indonesia Emas 2045. Jika fondasi kesehatan mereka rapuh akibat wasting, bagaimana kita bisa berharap pada masa depan yang cerah?
Pemerintah, sekolah, dan terutama orang tua, harus mulai memperluas fokus pencegahan wasting hingga mencakup usia remaja.
Namun, perubahan harus dimulai dari diri kita sendiri, para remaja. Saya menekankan pentingnya:
Pola Makan Teratur, Konsumsi makanan bergizi seimbang sesuai jadwal, tidak peduli seberapa sibuknya jadwal kita.
Perbanyak Makanan Utuh, Prioritaskan sayur, buah, protein, dan karbohidrat kompleks. Hindari godaan makanan instan yang tidak bernutrisi.
Tidur Cukup dan Kelola Stres, Ini adalah bagian tak terpisahkan dari hidup sehat yang sering diabaikan.
Mari kita jadikan kesehatan sebagai prioritas utama. Jangan sampai generasi kita menjadi generasi yang kurus fisik dan rapuh kesehatan hanya karena abai terhadap pola hidup. Kesehatan adalah modal utama kita, dan ia tidak boleh terbuang percuma (wasting).
PENULIS : RISKI APRIABI
